Perkembangan lembaga keuangan syariah saat ini, belum diikuti dengan pemahaman dan skill yang mumpuni. Tantangan inilah yang menjadi persoalan krusial bagi perkembangan keuangan syariah. Untuk menjawab tantangan ini, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Mathaliul Falah, menyelenggarakan ‘Sekolah Pasar Modal Syariah’. Agenda ini, diselenggarakan di Auditorium STAIMAFA, pada Sabtu, 31 Januari 2015.
Kegiatan ini, diselenggarakan antara STAIMAFA bekerjasama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pada forum ini, hadir narasumber Fanny Rifqi el-Fuad (BEI) dan Prof. Dr. Muhammad (pakar ekonomi syariah). Forum ini, menjadi upaya dari STAIMAFA untuk menyiapkan generasi akademis sekaligus praktisi yang memahami ekonomi Syariah tidak hanya konsep, namun juga aplikasi.
Wakil Ketua Bidang Akademik STAIMAFA, A. Dimyati, M.Ag, mengungkapkan bahwa kampus STAIMAFA berusaha meningkatkan skill dan kapasitas keilmuan dari akademisi. “Kami ingin, agar ekonomi syariah tidak sekedar hanya menjadi wacana, namun juga berdampak luas sebagai gerakan pemberdayaan. Selama ini, pertumbuhan lembaga keuangan syariah di kawasan Pati dan sekitarnya sangat menggembirakan. Maka dari itu, perlu ada peningkatan soft skill dan wawasan yang komprehensif untuk mengedukasi masyarakat,” ungkap Dimyati.
Pembicara dari Bursa Efek Indonesia, Fanny Rifqi el-Fuad mengungkapkan bahwa sudah saatnya masyarakat mengetahui secara mendasar tentang ekonomi syariah. “Saat ini, sudah saatnya masyarakat memahami dan mengerti secara lebih mendalam, tentang pengetahuan dan praktik ekonomi syariah. Pertumbuhan ekonomi di negeri sudah sangat baik. Pasar saham Indonesia menjadi nomor tiga di Asia, di bawah China dan India. Akan tetapi, belum banyak warga Indonesia yang menjadi pemain,” terang Fanny.
Dalam hal ini, Fanny mengajak kepada akademisi, praktisi ekonomi-perbankan dan masyarakat luas untuk memahami secara lebih mendalam. “Sudah saatnya kita menjadi pemain dalam pasar saham Indonesia. Ada banyak perusahaan dengan tingkat pendapatan dan laba yang tinggi, akan tetapi sebagian besar sahamnya dikuasai orang asing. Inilah yang menjadi tantangan bagi kita bersama,” ungkap Fanny.
Pakar ekonomi Syariah, Prof. Dr. Muhammad menegaskan bahwa perlu pemahaman yang benar dari masyarakat agar dapat mengapresiasi ekonomi syariah. “Selama ini, pola dakwah terhadap masyarakat masih ada yang kurang. Yakni, bagaimana Islam itu sebenarnya sangat mendorong umat muslim agar menjadi kaya. Bukan mengejar untung, akan tetapi mengejar jumlah wakaf, shodaqoh dan zakat kita. Inilah yang sebenarnya diajarkan oleh Islam. Jika jumlah sedekah kita naik, secara otomatis maka pendapatan usaha kita akan naik,” ujar Prof. Muhammad.
Di sisi lain, Prof. Dr. Muhammad menganggap bahwa ekonomi syariah untuk mengajak umat muslim untuk dapat mandiri dan berdaya. “Warga muslim kita harus mampu mengelola ekonomi secara integratif, yakni bagaimana mengelola uang zakat, sedekah dan infak itu dengan tepat dan strategis. Perlu ada nilai tambah bagi uang di sektor sedekah, misalnya di masjid-masjid. Saya mendorong agar warga muslim, dengan komunitas ormas maupun masjid dapat mengelola keuangannya secara maksimal,” demikian pendapat Prof. Muhammad.
Acara ‘sekolah Pasar Modal’ ini juga dibarengi dengan Pelantikan Pengurus Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) cabang Pati, yang diketuai oleh Mumu Mubarrok, M.EI. Pada agenda ke depan, MES dan STAIMAFA berencana menyelenggarakan ‘sekolah pasar Modal’ tingkat lanjutan[].