Tanya:Bagaimana konsep Islam dalam menanggulangi kemiskinan ?
Zubaidi NurHamid, Tlogosari Tlogowungu Pati
Jawab:Islam adalah agama yang diturunkan Allah Swt kepada umat manusia lewat Nabi Muhammad saw untuk kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat. Ajaran-ajaran Islam tidak mungkin berdampak negatif bagi kehidupan manusia.
Manusia yang ingin dilahirkan Islam adalah manusia terbaik dengan kualitas terbaik. Allah berfirman dalam QS Ali Imran 3:110: ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.
Nabi bersabda: ”Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada orang mukmin yang lemah”. (HR Muslim). Mukmin yang kuat mempunyai pengertian komprehensif, baik iman, ilmu, fisik, politik, dan ekonomi.
Orang mukmin yang mempunyai kekuatan di berbagai bidang akan mampu membawa manfaat yang besar bagi orang lain. Hal ini sesuai dengan kaidah al-mutaaddi afdlalu min al-qashir, orang yang manfaatnya untuk banyak orang lebih baik dari pada orang yang hanya bermanfaat untuk diri sendiri. Islam mendorong orang untuk berprestasi di dunia dan akhirat.
Kemiskinan sangat dibenci dalam Islam, karena akan berdampak pada hal-hal yang negatif, termasuk kekufuran. Nabi bersabda: ”Kefakiran mendekatkan diri kepada kekufuran”. (HR Abu Na’im). Islam mengutuk pengangguran dan orang yang meminta-minta yang menggantungkan hidup kepada orang lain.
Kerja Sama
Ada beberapa konsep Islam untuk mengeluarkan orang dari jurang kemiskinan. Pertama, bekerja. Islam mendorong orang untuk bekerja mencukupi kebutuhan hidupnya. Bekerja adalah simbol kehormatan. Bekerja tidak dilihat tinggi dan rendahnya, tapi melihat halalnya. Nabi Muhammad memulai bekerja dengan menggembala kambing, kemudian berlatih berdagang dengan semangat tinggi. Kedua, keluarga atau kerabat yang kaya menanggung anggota keluarganya yang miskin.
Seperti orang tua menanggung anak atau sebaliknya. Ketiga, zakat yang diperuntukkan bagi delapan golongan, khususnya fakir-miskin. Keempat, anggaran negara (APBN atau APBD) yang digunakan untuk memberdayakan rakyat di bidang ekonomi.
Kelima, kewajiban selain zakat, seperti hak tetangga yang harus dilaksanakan oleh tetangga dekatnya, berkurban, kewajiban orang kaya kepada orang fakir miskin, dan lain-lain. Keenam, sedekah sukarela dan kebaikan individu (Yusuf al-Qardlawi, Musykilah al-Faqri Wakaifa Alajaha al-Islam, 1986, halaman 33-118). Keenam konsep Islam di atas mendorong umat Islam untuk meningkatkan kualitasnya di berbagai bidang dan memulai usaha produktif secara konsisten.
Dalam konteks ini dibutuhkanpusat pelatihan yang berfungsi membekali umat Islam, khususnya kader-kader mudanya, suatu kemampuan dan keterampilan spesifik untuk bertahan hidup, seperti menjahit, berdagang, bertani, dan membuka rumah industri.
Potensi zakat, infak, wakaf dan sedekah juga harus dimaksimalkan untuk membuka usaha-usaha produktif menuju kemandirian dan kemajuan umat. Di era globalisasi dengan ciri utama kompetisi, faktor kualitas menjadi sangat penting.
Jika umat Islam ingin tampil sebagai pemain ekonomi kelas dunia, maka kualitasnya harus ditingkatkan. Kualitas tinggi akan menghasilkan produk yang kompetitif. Selain kualitas, untuk memenangkan persaingan, sinergi antar pemain berkualitas tinggi mutlak diperlukan.
Bersinergi dengan menggalang kerja sama aktif di berbagai program akan memudahkan program pengentasan kemiskinan, sehingga umat ini akan mampu bersaing secara objektif di berbagai sektor, khususnya ekonomi. Wallahu Aílam. (H15-45)
Sumber: Koran Suara Merdeka, 3 Juli 2015